Langsung ke konten utama

Kau Sahabat,Kau Teman Sejati

Telah tiba saat waktu kau tinggalkan kami
Karena takdir yang Maha Esa telah menetapkan
Sedih rasanya hati ini bila mengenang kau
Kau sahabatku,kau teman sejati...

    Potongan  nasyd yang memecahkan kesunyian kamarku membawa pikiranku melayang kelembaran hidupku yang masih meninggalkan luka yang menganga meski luka itu telah berlalu dua tahun silam. Semua bemula dari pertemuan yang sederhana di sekolah,sekolah yang awalnya sangat asing bagi kehidupanku,sungguh tak pernah terpikirkan olehku kalau aku akan sekolah di sana.Entah apa yang mendorongku untuk bersekolah di sana,sebelumnya sewaktu aku masih di bangku SMP aku sama sekali tidak mengenali sekolah itu wajar saja,sekolahnya terletak di pinggir hutan. Yaah,bisa dikatakan seperti itu hanya beberapa rumah penduduk yang ada di sana.Sekolah yang memiliki satu nama,satu yayasan,satu kepala sekolah,satu wakil kepala sekolah tetapi memiliki dua gedung sekolah yang dipisahkan oleh tempok yang sangat tinggi dan bercat putih.
      Awalku masuk sekolah itu tak henti-hentinya mataku melihat bangunan yang lumayan megah dari kaca jendela mobilku,gerbang sekolah yang sangat tinggi gedung sekolah yang tinggi menjulang ke langit bercat biru muda dan warna putih di bagian pintu dan jendelanya.Sungguh aku terkagum-kagum melihatnya “Betapa katroknya aku tidak mengenali sekolah semegah ini”.Dari awal masuk tadi hanya sosok kaum adam yang ku temui hanya beberapa kaum hawa itupun umur-umur seusia Mamaku.Mobilku terus melaju ke bagian belakang sekolah dan ku temui satu gerbang lagi yang menjulang tinggi tetapi tidak ada satpam yang berdiri di sana tempat satpampun tidak ada di tempat ini baru ku temui ada kaum hawa yang seusia denganku.Hmm...inilah sekolah baruku terpisah dari laki-laki dan tantangan baru bagiku.
      Setelah keluar dari mobil,Mamapun mengantarkan ku masuk ke dalam asrama aku berjalan sambil menyeret koperku yang berisi pakaian dan perlengkapan sekolah lainnya mendekati gedung yang sama seperti yang ku lihat sebelumnya bercat biru muda dan berlantai tiga hanya saja di ruang depan ada beberapa sofa sepertinya lumayan empuk yang ku pikir itu adalah ruang tamu.Kami di samput ramah oleh seorang akhwat sepertinya ia pengasuh asrama ini “Assalamualaikum” sapanya sambil melemparkan senyum termanisnya. “Walaikumsalam” jawab Mama dan membalas senyumnya, aku hanya senyum-senyum tipis.”Oh,ini yang namanya Putri arum kusuma?” katanya sambil melihat kertas yang di sodorkan oleh Mama.”Yuk,saya antar ke kamarnya.” Lanjutnya. Kamipun mengikutinya,ternyata kamarku terletak di lantai paling atas.”Ini kamarnya put.”Katanya sambil membukan pintu kamar.Kulihat sudut ke sudut kamar itu ada dua kasur yang terpisah dengan jarak yang tidak terlalu jauh dan di lengkapi dengan 2 lemari,kamar yang sederhana memang.Setelah beberapa lama aku terduduk sendiri di kamar tanpa ku sadari air mataku keluar betapa sedihnya,aku harus berpisah dari kedua orang tua dan menjalani hidup dengan lingkungan yang sangat baru bagiku.Namun aku tersentak aku melihat sebuah koper di samping lemari koper yang ada tulisan “khoiri hafiza” sepertinya ini nama pemilik koper tersebut yang ku pikir ia teman kamarku nanti,tidak lama ku lihat koper itu ku dengar seseorang mengucapkan salam sambil mengetuk pintu kamarku”Assalamualaikum”.
“Walaikumsalam.”Jawabku sambil membukakan pintu yang memang sengaja ku kunci.
“Aiii... Ara.” Sapanya sambil melontarka senyuman dan mengulurkan tangannya padaku.
“Putri.” Membalas senyumnya dan menyambut uluran tanagannya.
“Hmm...kamarnya di sini ya?” lanjutku
“Iya,putri juga di sini?”
“Iya” Jawabku.
“Lalu itu kopernya siapa ya?” Tanyaku lagi
“Itu punyanya Ara.”Jawabnya riang
“Tapi,namanya kok khoiri hafiza ya?”
“Ohh...itu nama resminya kalau nama sehari-harinya panggil Ara aja,hhehehe” Jelasnya sambil mengeluarkan senyumannya
“Hmm...gitu pula ya? Hhehehe,lucu ya”

      Dari perkenalan itulah kami mulai saling mengenali satu sama lain sehingga terjalin suatu persahabatan yang memiliki tujuan yang sama meraih kesuksesan dunia dan akhirat.
“Khoir” Aku lebih suka memanggilnya dengan nama itu,nama itu benar-benar sesuai dengan karakternya yang baik diapun tidak keberata jika ku panggil dengan nama itu bahkan diapun merasa senang.
“Panggil Khoir ja terus put,biar Ara bener-bener jadi orang baik,tiap katakan doa.”Jelasnya.
Khoir,memang orang luar biasa yang pernah ku temui.Dia anak yang pintar selama kami sekolah di SMA Islam Terpadu ia selalu menjadi sainganku di dalam meraih prestasi juara kelas dan sama-sama menggemari pelajaran matematika,dialah satu-satunya temanku yang selalu setia menemaniku sampai larut malam hanya untuk membasmi soal-soal matematika.Bahkan kami pernah kena marah sama umi pengasuh gara-gara suara kami yang memecahkan kesunyian malam di mana semua penghuni asrama sudah tertidur nyenyak sedangkan kami bersorak saking girangnya bisa menyelesaikan satu soal matematika yang awalnya sangat sulit untuk kami pecahkan,tindakan kami memang lebay tapi seperti itulah yang kami rasakan,sehingga membangunkan satu penduduk asrama.Tentu saja di pagi harinya kami mendapatkan hadiah dari umi pengasuh hadiah yang sangat-sangat tidak mengenakkan yaitu membersihkan kamar mandi asrama di tambah lagi membersihkan sampah yang ada di belakang asrama yang baunya sangat luar biasa.
      Sekolah Islam Terpadu yang sering kami singkat menjadi IT ,sekolah yang sangat luar biasa sungguh aku sangat merasa beruntung bisa bersekolah di sana meskipun dengan aturan yang bejibun dengan mengenali seorang sahabat yang luar biasa seperti Khoir aku bisa menjalani itu semua dengan ikhlas dan enjoy.Meskipun ada di antara teman aku yang lainnya nekat kabur dari IT.Komunikasi dan trasportasi di sana sangat sulit jatah nelpon hanya boleh tiga kali dalam seminggu tidak ada trasportasi seperti angkot,becak atau ojek hanya bus sekolahlah yang selalu setia mengantar kami keluar masuk IT.Sekolah yang siswa putrinya di didik untuk menjadi seorang Akhwat dan tentu saja yang putaranya menjadi seorang Ikhwa.Selama sekolah siswa putra dan putrinya tidak pernah bertemu kecuali sekali dalam tiga tahun yaitu pada saat Ujian Nasional.
      Semua itu bisa ku jalani berkat kau di sampingku sahabatku Khoiri Hafiza.Yang selalu memberiku semangat dan motivasi untuk menyongsong masa depan,ia bercita-cita ingin menjadi seorang arsitek dia sangat optimis dengan cita-citanya itu bahkan pernah mengatakan “Saya ngak akan kuliah kalau tidak di jurusan arsitek”. Setelah begitu lama kami bersahabat entah siapa yang berani menfitnah sehingga di hari-hari akhir kami akan meninggalkan SMA IT  persahabatan kami mulai retak,hanya karna selembar surat yang nyasar masuk ke dalam tas ransel sekolahku surat yang aku ngak tau dari mana asalnya tetapi di depan amplot surat yang berwarna merah muda itu ada nama seorang anak putra IT  yang sebelumnya aku sama sekali tidak mengenalinya.Hanya Khoirlah satu-satunya temanku yang mengetahui perihal surat itu,surat yang berisikan kata-kata cinta yang amat lebay.Setelah beberapa hari ku memegang surat itu tiba-tiba saja aku dipanggil untuk menghadap kepala sekolah.Entah bagai mana ceritanya surat itu bisa sampai ke kepala sekolah karna kejadian itu  aku di tuduh memiliki hubungan dengan anak putra alias pacaran suatu tuduhan yang sangat-sangat merobek hatiku apalagi karna kejadian itu membuatku di skor dari sekolalah selama tiga hari.Aaarrrrrgh...suatu kejadian yang benar-benar di luar pikiranku,sangat sulit ku percayai hal ini bisa terjadi dalam hidupku.Apalagi aku mendengar dari temanku yang lain bahwa khoirlah yang melaporkan hal ini kepada kepala sekolah.Awalnya aku tidak percaya kalau Khoir  tega melakukan ini semua.Tapi...bukankah hanya dia yang tau tentang surat itu.Rasa kecewa kepada Khoirpun mulai memuncak sehingga terjadi pertengkaran di antara kami.Sejak pertengkaran itu aku dan Khoir tidak terlalu akrab lagi,sungguh hari-hari yang sangat berat untuk di lalui.Aku lebih banyak diam begitupun dengan Khoir dia tidak seriang dulu lagi sampai akhirnya kami tamat dari IT.Namun pada saat hari perpisahan aku sempat mengulurkan tanganku padanya,meranggul tubuhnya air matapun mengalir di pelopak bola mata kami semua rasa benci dan rasa kecewa itu seketika musnah aku merasa menemukan Khoir yang dulu lagi,sungguh aku sangat merindukan suasana seperti ini.Hari perpisahan yang sangat mengharukan satu kata terakhir yang ku dengar darinya “Semangat untuk masa depan kita sukses dunia dan akhirat!!”.Sekilas senyumpun mengembang di wajah kami.Dan tak pernah terbayangkan olehku itu adalah kata-kata terakhirnya yang ku dengar sebelum ia pergi untuk selamanya.
      Sejak kami tamat dari IT kami sibuk untuk melanjutkan pendidikan masing-masing.Aku kuliah dengan jurusan pendidikan matematika sedangkan Khoir aku tidak mengetahui kabarnya lagi.Lebih kurang sudah satu bulan aku kuliah baruku mendengar kabar tentangnya kalau ia telah meninggal dunia karna kecelakan.Semua itu sangat sulit untuk ku percayain di tambah lagi pengakuan dari salah seorang temanku  kalau dialah yang membuat fitnah tentang surat yang bersampul merah muda itu.Sebenarnya surat itu hanya hasil karangannya sendiri dikarnakan ia menyimpan dendam padaku dan Khoir karna dulu kami pernah melaporkannya ke kepala sekolah kalau ia pernah ketemuan sama anak putra.Huft,semuanya terasa begitu sesak entah apa yang mesti ku ucapkan.
Khoiri hafiza,kau adalah orang yang sangat luar biasa yang pernah ku temui.Terima kasih telah mengajarkanku akan pentingnya hidup dan masa depan. Semoga Allah menempatkanmu di tempat yang mulia,tempat para suhadah,kehidupan yang kekal abadi yaitu syurga.Maaf jika aku belum bisa menjadi sahabat yang baik untukmu.Meskipun kau telah jauh di sana namun memori indah kita bersama akan selalu melekat di pikiranku.Selamat jalan teman,aku akan selalu merindukan sosok sepertimu.

Komentar